Aku memang termasuk pria yang aneh. Napsuku hanya pada wanita-wanita STW
yang suka mengenakan kebaya dan berkonde. Kadang-kadang waktuku habis
ke pesta-pesta pernikahan hanya untuk melihat wanita-wanita yang
mengenakan pakaian tersebut. Kalaupun tidak ada pesta penikahan aku
pergi ke tempat-tempat hiburan tradisional (ronggeng) dimana para penari
dan penyayinya mengenakan kebaya dan berkonde.
Pernah suatu ketika aku pergi ke daerah Karawang untuk mencari hiburan
ronggeng dan aku menikamati sekali meskipun harus melihat dandanan yang
menor. Kehidupan seperti ini membuatku kadang-kadang tersiksa, tapi
itulah kenyataan hidup yang harus aku jalani dan aku nikmati. Seperti
kata orang keinginan seperti yang aku alami itu merupakan hal wajar dan
sulit untuk diperdebatkan apalagi menyangkut selera. Sebagai manusia
normal dan sampai dengan usiaku memasuki kepala empat aku tetap berusaha
untuk mendapatkan seorang wanita yang siap menemaniku dan berpakaian
serta berdandan sesuai keinginanku.
Aku mencoba untuk memasang iklan melalui kolom iklan baris melalui
internet, setelah hampir setahun aku menerima email pertama dari seorang
wanita berusia 45 tahun yang menyatakan bahwa dia sangat terharu
setelah membaca iklanku dan bersedia untuk menjadi teman saya sekalipun
harus mengenakan pakaian dan berdandan sesuai keinginanku, dia juga
meninggalkan nomor telepon dan kami berjanji untuk bertemu seminggu
kemudian. Berhubung saya sudah beristri dan Ibu Ria (nama samaran) pun
telah bersuami saya janji akan menjemputnya di salon di daerah kebayoran
baru.
Hari itu adalah hari Sabtu jam 11 siang saya sudah ada di depan salon
sesuai janji di telpon dan menunggu bidadariku keluar dari salon. Tepat
jam 11.45 Ibu Ria keluar dari salon dan telah berdandan rapih kondenya
gede dan licin (konde jawa) dan berkebaya, terlihat sangat anggun dan
femimin. Saya mengajak Ibu Ria untuk pergi ke suatu motel daerah Jakarta
Selatan agar lebih privacy ngobrolnya dan juga saya bisa sepuasnya
memandang sang bidadari.
Sesampai di motel kami mengobrol panjang lebar mengenai kehidupan
keluarga masing-masing dan juga kehidupan pribadi kami. Saya
menceritakan ke Ibu Ria mengenai keinginan saya dan berterimakasih
kepadanya atas kesediaannya untuk menemani saya. Sesudah ngobrol panjang
lebar saya meminta Ibu Ria agar saya diperbolehkan untuk mencium
keningnya.
Saat saya mencium kenig ternyata tangan saya ditarik untuk memegang
susunya yang ternyata mulai mengeras, namun belum sempat membuka kebaya.
Saya katakan kepada Ibu Ria bahwa saya sebenarnya hanya mengagumi
wanita yang berdandan seperti ini, dan sebatas memandang dan mencium
tanda sayang, namun Ibu Ria katakan bahwa justru dia lebih suka dengan
pria yang jujur dan tidak grasa grusu dalam masalah sex serta
memperlakukan dia dengan lembut.
Suatu hal lagi yang dia sukai juga dari saya adalah badanku yang tinggi
178, berat 74 proporsional dan berambut pendek dan berkulit sawomatang,
sementara Ibu Ria dengan tinggi badan kira-kira 165 berat 53 bra 36 c
pantatnya gede dan kulit putih. Ibu Ria merasa terlindungi disamping itu
karena kami berdua sudah berkeluarga jadi risikonya cukup kecil karena
ada suatu komitment antara kami bahwa urusan keluarga masing masing yang
harus didahulukan apabila ada keinginan dari salah satu pihak untuk
bertemu. Ibu Ria merasa terlindungi ketika dalam perjalanan dari salon
menuju motel.
Ibu Ria kemudian bertanya apakah saya bisa memijitnya, saya katakan bisa, tapi nggak bisa keras. Kebetulan Ibu ada body lotion yang lembut tolong kamu pijitin Ibu. Kemudian Ibu Ria mengangkat kebayanya hingga lutut selonjor ditempat tidur sambil saya pijitin kakinya, makin lama makin ke atas pahanya, sambil sekali-kali mencium keningnya. Kata Ibu Ria bisa nggak Ibu buka aja kebaya dan kainnya agar lebih mudah memijitnya, saya katakan silahkan aja, kalau menurut Ibu itu lebih mudah. Kemudian Ibu Ria sudah hanya mengenakan CD dan bra transparan namun rambutnya masih rapih dengan konde, saya sampai merasa seperti mimpi melihat keindahan tubuh wanita yang meskipun gemuk (padat berisi) namun karena masih mengenakan konde jadi masih terpancar aura kewanitaannya, dan membuat saya begitu horny. Ibu Ria menawarkan saya kalau mau buka aja celana panjang dan bajumu biar nggak kusut, dan saya turuti permintaannya. Sayapun mulai memijat lagi dari paha kemudian perlahan lahan mulai ke pangkal paha, Ibu Ria mulai menggelinjang kegelian, namun saya masih bisa menguasai diri untuk berkonsentrasi pada mijit.
Ibu Ria kemudian bertanya apakah saya bisa memijitnya, saya katakan bisa, tapi nggak bisa keras. Kebetulan Ibu ada body lotion yang lembut tolong kamu pijitin Ibu. Kemudian Ibu Ria mengangkat kebayanya hingga lutut selonjor ditempat tidur sambil saya pijitin kakinya, makin lama makin ke atas pahanya, sambil sekali-kali mencium keningnya. Kata Ibu Ria bisa nggak Ibu buka aja kebaya dan kainnya agar lebih mudah memijitnya, saya katakan silahkan aja, kalau menurut Ibu itu lebih mudah. Kemudian Ibu Ria sudah hanya mengenakan CD dan bra transparan namun rambutnya masih rapih dengan konde, saya sampai merasa seperti mimpi melihat keindahan tubuh wanita yang meskipun gemuk (padat berisi) namun karena masih mengenakan konde jadi masih terpancar aura kewanitaannya, dan membuat saya begitu horny. Ibu Ria menawarkan saya kalau mau buka aja celana panjang dan bajumu biar nggak kusut, dan saya turuti permintaannya. Sayapun mulai memijat lagi dari paha kemudian perlahan lahan mulai ke pangkal paha, Ibu Ria mulai menggelinjang kegelian, namun saya masih bisa menguasai diri untuk berkonsentrasi pada mijit.
Namun mungkin karena terus dibuat geli Ibu Ria kemudian menarik tangan
kiriku untuk mulai menyentuh susunya yang berukuran kira-kira 36 c,
proporsional dengan tinggi dan beratnya. Setelah 30 menit mijit Ibu Ria
minta untuk ke kamar mandi (pipis) sementara saya berusaha menetralisir
pikiran saya dengan menonton acara film komedi di TV. Menghadapi wanita
semacam Ibu Ria saya harus mampu mengendalikan diri dan membuat dia
penasaran, karena seorang wanita apalagi STW memang membutuhkan foreplay
yang panjang dan harus berkesan.
Setelah selesai dari kamar mandi Ibu Ria minta untuk diteruskan pijitnya
yaitu belakangnya. Sambil memijit belakangnya saya mulai mencium leher
dan kadang menjilat kupingnya yang ternyata membuat dia begitu geli dan
napasnyapun mulai tidak keruan, dia meminta saya untuk membuka kaitan BH
nya dan sekarang hanya mengenakan celana dalam. Bau wangi tubuh dan bau
kewanitaan begitu membangkitkan gairahku namun aku masih tetap
mengontrol diriku agar dalam permainan sex nanti Ibu Ria benar-benar
memperoleh servis yang memuaskan, ini penting untuk hubungan jangka
panjang.
Tangan kanan saya tetap memijit pundak, sambil sekali-kali menjilat
leher, sementara tangan kiri saya mulai mengelus putingnya yang sebesar
kelereng, dan membuat Ibu Ria makin meronta karena geli, kemudian dia
bisikan ke saya bahwa baru sekali ini dia merasakan nikmatnya permainan
awal (foreplay) yang luar biasa. Kadang-kadang Ibu Ria menggigit kecil
bibirku dan kedang mengulumnya dengan napsu, sambil tangan kanannya
mengelus-ngelus batangku yang juga sudah mulai tegang.
Karena sudah nggak tahan dia minta saya pindah duduk berhadapan
dengannya dan sambil mencium bibir dan mengelus puting jari kanan saya
mulai mengelus vegynya yang ternyata mulai mengeluarkan lendir. Setelah
itu Ibu Ria pindah ke pinggiran tempat tidur dan membuka pahanya lebar
lebar, saya sambil jongkok dan mulai menjilat vegynya dimulai dari
klitorisnya yang sebesar biji kacang tanah, dan membuat Ibu Ria duduk
tapi terus menggerakkan pantatnya karena geli dan napsu. Sambil menjilat
klitoris tangan saya memainkan puting susunya yang keras sambil
sekali-kali meremasnya. Gerakan tubuh Ibu Ria sudah mulai tak beraturan
karena disamping menahan geli juga napsu sex yang mulai meningkat.
Agar tidak merusak dandanan rambutnya saya minta Ibu Ria mengganti
posisi yaitu nungging diatas tempat tidur dan saya telentang agar bisa
menjilat klitorisnya yang sudah mulai basah. Pantatnya mulai digoyangkan
kekanan kekiri dan jari kanan saya dengan sedikit lotion mengelus celah
pantatnya dan menurut Ibu Ria sangat nikmat rasanya. Celoteh Ibu Ria
mulai nggak keruan..
“Mas.. Papa.. Teruss.. Achh nikmatnya..”Mulut sayapun terus menjilat
klitorisnya dan jari saya terus mengelus diantara bongkahan pantatnya
dan lebih masuk lagi.”Achh.. Mmmhh.. Teruss.. Mas.. Aduh sudah nggak
tahan nih..”Akhirnya saya tetap telentang dan Ibu Ria minta agar masukan
sikecil saya ke dalam vegynya.. Saya katakana bahwa silahkan aja kalau
Ibu sudah nggak tahan dan saya minta agar Ibu masukin tapi membelakangi
saya itu terasa lebih nikmat.. Dan.. Ternyata setelah masuk bless.. Bu
Ria mulai.. Merintih sambil bergerak maju mundur..”Mmmhh.. Ohh.. Enakk..
Mass.. Bareng aja keluarnya..”Saya katakan bahwa pelan-pelan aja bu..
Biar nikmat.. Sambil saya menjilat belakang nya.. Dan tangan ku meremas
dan sekali memilin puting susunya..”Aohh.. Nikmatt.. Mmmhh terus..
Tahan.. Biar keluar bareng.”
Karena posisi Ibu Ria diatas.. membuat dia cepat nyampenya.. Dan ketika
dia sudah nyampe cepat-cepat dibalikkan badannya jadi posisi sekarang
berhadapan dimana saya masih telentang.. Dan ini membuat saya lebih
mudah menjilat susu dan sekali-kali menggigit kecil putingnya..
Kemudian kami berdua tidur karena capek sambil berpelukan. Dalam
kepenatan tersebut saya masih sempat mencium keningnya, bibirnya dan
kadang-kadang puting susunya saya jilatin karena sex bagi seorang wanita
stw bukan hanya pada saat puncak namun juga sesudah menikmati orgasme,
karena disitulah letak kepuasan seorang wanita.
Ibu Ria kemudian menawarkan kepada saya untuk pertemuan berikutnya dia
akan membawa baju tidur transparan untuk membuatku lebih bernapsu lagi,
karena menurut Ibu Ria laki-laki biasanya suka dengan hal hal yang
membuat dia penasaran dan saya katakan bahwa Ibu sangat baik terhadap
saya. Dan siang itu Ibu Ria mengalami orgasme hingga 3 kali. 2 kali di
tempat tidur dan sekali di kamar mandi sambil berendam.
Di kamar mandi kami lakukan foreplay dengan posisi duduk di dalam
bathtub sambil berpagutan, saling mengelus menjilat dan kadang-kadang
saling meremas, setelah foreplay permainan sex dilakukan dengan posisi
duduk dan kadang berdiri dimana sebelah kaki Ibu Ria diangkat. Posisi
berdiri ini ternyata membuat Ibu Ria sangat senang karena mulut saya
lebih leluasa menjilat dari kening hingga ke puting susunya dan membuat
Ibu Riapun melakukan hal yang sama terhadapku.
Setelah puas dengan permainan sex yang nikmat karena dimulai dengan
foreplay yang asyik.. akhirnya Ibu Ria minta untuk membuka konde dan
kebaya kemudian mengganti dengan baju biasa yang sudah disiapkan dari
rumah, sayapun mengantar Ibu Ria ke Blok M untuk kembali ke rumahnya
dengan taxi.. Saya benar-benar puas karena keinginan saya yang selama
ini hanya memandang wanita-wanita berkebaya dan berkonde, namun kali ini
bukan hanya memandang namun sampai ke permainan sex yang memuaskan
kedua belah pihak.
Memperlakukan seorang wanita yang anggun dengan lembut dan pelan tapi
pasti akan membuat kenangan indah baginya, dan ini terbukti setelah 2
minggu berlalu Ibu Ria menelponku untuk kembali bertemu dan sesuai
janjinya dia juga akan membawa baju tidur transparan agar bisa lebih
memuaskan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar